Moral Kepemimpinan Penghulu Merosot
Oleh : Musriadi Musanif 13-Apr-2007, 17:16:41 WIB - [www.kabarindonesia.com]
KabarIndonesia - Seorang pemuka masyarakat Sumatra Barat, HM. Hasan Byk Dt. Maradjo mengaku kecewa melihat kondisi adat Minangkabau belakangan.Menurut salah seorang mantan walinagari perang itu, adat istiadat tidak boleh dilepaskan begitu saja dari tatanan kehidupan masyrakat. Sebab, aturan adat sangat penting artinya bagi penataan hidup dan kehidupan, norma-norma dan ajaran kebaikan.
Khusus di Minangkabau, fungsi-fungsi tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin yang pada waktu kecil dan muda Hasan amat dominan, kini boleh dikatakan telah ditinggalkan.
Kondisi demikian, jelas mendatangkan kekecewaan tersendiri bagi mantan Kepala Jawatan Sosial Sumatra Barat itu di usia tuanya. ''Selain ditinggalkan, norma-norma adat Minangkabau itu pun nyaris tak diajarkan di sekolah-sekolah dan masyarakat kepada generasi muda,'' kata Hasan.
Dalam masyarakat Minangkabau, kata Hasan, adat, agama dan undang-undang menjadi sesuatu yang tidak boleh ditawar-tawar. Pengamalan secara utuh akan sangat berpengaruh terhadap tatanan sosial. Tanpa ketiganya, kekacauan, kesera-kahan, kekerasan dan kejahatan dengan mudah akan tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat.
Dalam buku biografinya yang kini dalam proses editing menje-lang naik cetak, Hasan berbicara banyak soal perjalanan hidupnya yang tak lepas dari posisinya sebagai seorang ulama, umara (pemerintah) dan wali perang.''Berbicara soal Minangkabau, dahulunya bisa dikatakan sangat teratur. Setelah Islam masuk ke ranah Minangkabau ini, tatananadat istiadat itu kembali disempurnakan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian,'' terang Hasan dalam biografi yang segera terbit tersebut.
Dikatakan, hal-hal yang bertentangan dengan Islam, dihapus dan dinyatakan tidak berlaku lagi. ''Dari sinilah lahir ketentuan adaik manurun agamo mandaki,'' ujarnya.Secara fisik, filsafat itu maksudnya adalah bahwa adat berasal dari daerah daratan dan menyebar ke kawasan pesisir. Sementara agama berasal dari daerah pesusur dan dikembangkan hingga ke daratan dan pedalaman Minangkabau.
Sedangkan secara esensial, Hasan justru memahami bahwa masyarakat Minang-kabau harus rela menerima peran adat yang selalu menurun dan berkurang, sementara agama kian hari semakin dominan. Sebagai salah satu contoh, ujarnya, peranan mamak dahulu amat menentukan dalam sebuah rumah tangga, sampai-sampai membuatkan rumah untuk kemenakan pun menjadi tanggungjawab mamak. ''Makanya wajar pada masa itu mamak sangat berkuasa,'' tegasnya.
Secara berangsur-angsur peran diminan mamak itu mulai berkurang untuk seterusnya beralih kepada ayah khususnya, dan orang tua pada umumnya. Saat ini, tanggungjawab terhadap anak, hampir dapat dipastikan sepenuhnya telah berpindah ke tangan orang tua.
Secara esensial fakta menunjukkan, sebut Hasan, bahwa adat sudah menurun, sementara agama mendaki dan jadi dominan. Bukankah menurut agama Islam, tanggung jawab mendidik anak itu berada di tangan orang tua? Kendatipun demikian, menurut Hasan, masih banyak hal yang semestinya tetap dianut dan dikembangkan di tengah-tengah masyarakat.
Sayangnya, kalau dahulu norma-norma adat itu diajarkan dan dipelajari, kini boleh dikatakan tidak ada lagi. Kalau pun ada pelajaran masalah adat dengan apa yang dikenal sebagai muatan lokal di sekolah, materi dan hasilnya masih jauh dari apa yang diharapkan.
Hal lain yang membuat Hasan kecewa di usia tuanya ini, adalah menyangkut merosotnya moral kepemimpinan penghulu di tengah-tengah masyarakat. Peng-hulu, jelasnya, adalah pemuka masyarakat yang amat dihormati kepemimpinannya. Penghulu, jelasnya, adalah pemuka masyarakat yang amat dihormati kepemim-pinannya.
Secara moral, penghulu itu harus pula menjaga kehormatannya. Jangankan berbuat yang tidak-tidak, memanjat pohon untuk memetik buah-buahan pun tidak boleh dilakukan oleh seorang penghulu. Begitu pula dalam hal memimpin, penghulu mesti mampu berlaku adil dan bijaksana, tibo di paruik indak dikampihan, tibo di mato indak dipiciangan.Hasan mengkritik habis penghulu-penghulu yang saat ini banyak yang hanya sekedar diangkat, tapi yang bersangkutan justru berada di rantau.
Apalagi kalau sempat pula gelar kepemimpinan itu dibagi-bgikan kepada banyak orang.''Penghulu yang sesungguhnya saja sulit menunaikan tugasnya dengan baik, apatah lagi penghulu kehormatan, penghulu yang gelarnya hanya diperdapat lewat penganugerahan semata,'' ujar Hasan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar